ManiakMotor – ‘Bahan’ Yamaha 125Z mumpuni untuk ikut drag bike di Bebek Tune-Up 2-Tak S/D 130 cc. Ini motor canggih two stroke di eranya. Bicara mesin tegak saja, ia punya keuntungan sendiri dibanding bebek yang mesin tidur. Inersia pada gerak maju-mundur piston lebih ringan gesekkannya dibanding mesin tidur. Namanya juga tidur, ya tidur melulu.
Begitu dikorek atau didongkrak tidak perlu main bore-up atau stroke-up. Tinggal tambah 5 cc sesuai tingkat penggantian piston aslinya, sudah sama dengan aturan yang 130 cc. Lebih dari itu ya didiskualifikasi sampeyan. Speksifikasi asli bore dan stroke motor ini adalah, diameter silinder 53,8 mm dan stroke 54,7 mm. Kapsitas bersihnya 124,3 cc. Tinggal mengandalkan jurus kilik 2-tak. Crank case, saluran transfer, bilas, dan lubang buang mirip-mirip mengorek road race underbone 2-tak 125 cc. Kan motor ini pernah ada kelasnya era 1998 dan 1999 di kejurnas road race Indonesia. Jangan-jangan ini motor salah satu bekanya. Maklum Yamaha Indonesia ketika itu memilki sekitar 10 unit untuk diadu di Indonesia. Dua unit lainnya pernah dibeli jadi dari Yamaha Hong Leong Malaysia, karena motor ini lebih rame di sana.
Dilacak dari Yong Motor Nano-Nano ART sebagai tim pemilik motor ini, informasinya minim. Katanya hanya dipoles, hehehe. Mekaniknya lebih banyak triping alias geleng kepala ketimbang menerangkannya. “Yang jelas motor ini sudah berlari 7.270 detik di Senayan. Jokinya Imam Ceper. Itu rekor 130 cc 2-tak,” kata Iyong Mustopa si mekanik Nona-Nona, eh, Nano-Nano yang bermarkas Bendungan Jago, Kemayoran, Jakarta Pusat. Yamaha 125Z juga jadi maskot Asia Road Racing Champioship ketika itu, lawannya Honda Nova Dash. Sebagai perbandingan, catatan waktunya sama dengan kejurnas 250 cc 4-tak di IRS Sentul yang diikuti CBR250 dan Ninja 250. Larinya di sana bisa 1 menit 49 detik. Wajar saja ia mampu 7.2 detik dalam 201 meter di event Pertamina Drag Bike di Senayan. Baru lalu atau 21 April 2013 di Kudus dalam event Drag Bike TDR, Ceper juaranya tapi belum tembus catatannya yang di Senayan itu. Toh, itu bukti ini motor konsisten.
TINGGI LUBANG BUANG
Seperti dibilang tadi, lubang transfer dan bilas hanya dipoles sikit denga pisau tunner. Alur derajat lekukannya tidak ‘dimakan’ pisau tunner model ekor tikus alias masih bawaan pabrik. Tapi lubang-lubangnya mengarah pada satu titik yang namanya squis. Karena di situlah uap pembakaran akan dijepit dan diantar ke kubah head. “Tinggi lubang buang dikurangi 5 mm dari aslinya. Tinggi lubangn sekarang 27,5 mm,” jelang Yong tanpa merinci cara-caranya. Berarti setelah diledakkan di ruang bakar, gas yang telah terbakar akan cepat dibuang. Ini kalau di 4-tak sama dengan membuka durasi kem buang lebih lama. Tentu saja setelah dikompresi dari ruang pembakaran. Pemampatannya mengandalkan squis 9 derajat, lebar squis 5 mm, nat 0,5 mm dan kubah 14 derajat. “Kompresi jadi 6.2:1 dengan hasil buret 12.1 cc,” kata Yong.
Begitulah 2-tak. Kunci hasil lanjutannya ada pada karbu, reed valve, kenalpot dan pengapian. Karbu menggunakan Keihin PJ Solenoid 38 mm. Itu bedanya dengan versi road race saat itu sampoai 28 mm. Tentu saja si Yong dipaksa menyesuaikan manifoldnya dan alurnya pada ruang kruk-as. Temasuk mencoak pantat piston agar bahan bakar dari karbu tidak menabraknya.
Tekanan bahan bakar juga dibantu reed valve V-Force3. Nah ini dia yang juga menolong. Bukan menolong kasih duit, tapi membantu kompresi primer ala 2-tak agar padat sampai ke ruang bakar. “Tetapi solenoid pada Keihin tidak difungsikan. Saya ambil karbunya saja, karena tidak berikut pengapian yang mengatur solenoid. Karbu tipe ini lubang-lubang salurannya besar dibanding non-solenoid,” jelas Yong yang memakai kenalpot buatan sendiri disesuaikan dengan perubahan karbu. Dilacak dari kotak CDI yang dipakai berkode 4SS-T1 sama juga dengan dipakai road race underbone 125. Ini pengapian racing yang jadi bawaan Yamaha SE YZ125 yang 2-tak. Juga sejak era dipakai balap Hendriansyah dan Ahmad Jayadi jadi pengapian resminya. “Saya tidak ubah apapun dari pengapian ini. Tapi yang terasa powernya saling sahut mulai dari putaran rendah sampai top,” ujar pria asli Betawi ini.
Intinya Nano-Nano hanya merevisi sikit-sikit pada karakter mesinnya sesua peruntukkannya sekarang untuk drag bike. Kan sudah dibilang tadi, bahan 125Z ini sudah oke punya. Inilah motor di zamannya yang eksotis dari aerodinamika dan mesin tegak jualan Yamaha.
Data Modifikasi | : | |||
Berat kosong | : 101 kg (modif sasis) | |||
Main-Jet | : 138 | |||
Pilot-Jet | : 60 | |||
Manifold | : CMS | |||
Knalpot | : custom | |||
Piston | : Yamaha 125 Z | |||
Sokbreker depan | : Yamaha Champ | |||
Sokbreker belakang | :YSS Z series | |||
Kampas kopling | : Kawasaki Leo | |||
Ban belakang | : IRC Eat My Dust 60/80-17 | |||
Percepatan | : 6 gigi |